CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday, April 3, 2009

Generasi Qur'ani yang Istimewa

Generasi Qur'ani yang Istimewa
Sayyid Quthb


Ada fenomena sejarah yang harus diperhatikan oleh pembawa dakwah Islam di seluruh penjuru bumi dan di seluruh masa. Untuk kemudian merenungkannya dengan mendalam. Karena ia memiliki pengaruh yang besar dalam manhaj dan arah dakwah.Dakwah Islam pada generasi pertama telah menghasilkan generasi yang istimewa --yaitu generasi
sahabat-- dalam sejarah Islam seluruhnya, dan sejarah manusia seluruhnya. Kemudian generasi semacam itu tidak lagi dihasilkan dalam sejarah Islam. Benar ada beberapa gelintir orang dengan karakteristik seperti generasi pertama itu yang dihasilkan oleh dakwah Islam sepanjang sejarah setelah generasi pertama. Namun belum pernah terjadi dalam sejarah Islam, terkumpulnya tokoh-tokoh besar semacam itu, dalam satu tempat, seperti yang terjadi pada masa pertama dari kehidupan dakwah ini. Ini adalah fenomena yang amat jelas. Yang mengandung makna yang harus kita renungkan dengan
saksama, dengan harapan kita dapat menyingkap rahasia keberhasilannya.

Al Qur'an yang menjadi jantung dakwah itu ada di tangan kita, demikian juga dengan hadits Rasulullah Saw, petunjuk praktis beliau, dan sirah beliau yang mulia, semuanya ada di tangan kita. Seperti pernah ada pada generasi yang pertama itu, yang belum pernah terulang keberadaan generasi semacam itu dalam sejarah. Yang tidak ada hanyalah pribadi Rasulullah Saw; apakah ini rahasianya? Jika keberadaan Rasulullah Saw secara fisik adalah suatu keniscayaan bagi pelaksanaan dan keberhasilan dakwah ini, niscaya Allah SWT tidak menjadikannya sebagai dakwah bagi seluruh umat
manusia, tidak menjadikannya sebagai risalah terakhir, dan tidak menyerahkan tanggungjawab memberikan tuntunan petunjuk kepada umat manusia di muka bumi kepada dakwah ini, hingga akhir zaman.

Namun Allah SWT telah menjamin untuk memelihara Adz Dzikr. Serta memberitahukan bahwa
dakwah ini dapat terus berjalan setelah wafatnya Rasulullah Saw, dan dapat memetik keberhasilan.Allah SWT telah menyerahkan dakwah agama ini kepada Rasulullah Saw selama dua puluh tiga tahun,hingga akhir hayat beliau, dan tetap memelihara agama ini setelah wafatnya beliau hingga akhir zaman.Dengan demikian, ketidakberadaan Rasulullah Saw secara fisik tidak menjelaskan fenomena itu, juga
tidak menjadi faktor penentunya.

***********************

Oleh karena itu, marilah kita cari faktor yang lain. Kita teliti sumber yang menjadi rujukan generasi pertama itu, apakah ada yang berubah darinya? Juga kita teliti manhaj yang menghasilkan tokoh-tokoh semacam mereka itu, apakah ada yang berubah?
Sumber rujukan utama generasi pertama itu adalah Al Quran. Al Quran semata. Sedangkan hadits Rasulullah Sawn petunjuknya hanyalah satu bentuk penjelas dari sumber tersebut. Oleh karena itu,ketika A'isyah r.a. ditanya tentang akhlaq Rasulullah Saw, ia menjawab:
"Akhlaq beliau adalah Al Qur'an." [Hadits diriwayatkan oleh An Nasai]

Dengan demikian, adalah Al Qur'an semata yang menjadi sumber mereka; darinya mereka memetik pelajaran dan dengannya pula mereka diubah menjadi tokoh-tokoh besar. Hal itu terjadi bukan karena umat manusia saat itu tidak memiliki peradaban, budaya, ilmu pengetahuan, buku-buku rujukan atau kajian-kajian ilmiah; sama sekali bukan begitu! Karena saat itu ada peradaban Romawi dan budayanya, serta buku-buku dan undang-undangnya yang sampai saat ini dijadikan pedoman hidup Eropa, atau setidaknya perpanjangan darinya. Ada warisan peradaban Yunani, logikanya, filsafatnya serta seninya, yang tetap menjadi sumber pemikiran Barat hingga saat ini. Juga ada peradaban Persia, seninya, syairnya, legenda-legendanya, kepercayaan-kepercayaannya, dan sistem kekuasaannya. Demikian juga peradaban-peradaban lain, yang jauh maupun dekat: seperti peradaban India, Cina dan lainnya.

Peradaban Romawi dan Parsi mengelilingi Jazirah Ara, dari bagian Timur dan Barat, juga Yahudi dan Nashrani yang hidup di jantung Jazirah Arab. Dengan demikian, mereka sama sekali tidak kekurangan peradaban dan budaya internasional, yang membuat generasi ini hanya mengambil rujukan dari Kitab Allah semata, selama masa pembentukannya. Namun sterilisasi mereka dari pengaruh peradaban dan budaya luar itu dilakukan dengan 'planning' yang matang, dan dengan strategi yang terencana. Bukti
hal ini marahnya Rasulullah Saw saat melihat Umar bin Khath-thab sedang memegang lembaran Taurat, dan beliau bersabda:
"Demi Allah, seandainya Musa hidup saat ini bersama kalian, niscaya ia hanya
diperbolehkan oleh Allah SWT untuk menjadi pengikutku."
[Hadits diriwayatkan oleh hafizh Abu Ya'la dari Hammad, dari Sya'bi dari Jabir]

Dengan demikian, ada planning dari Rasulullah Saw untuk mensterilkan generasi ini dari sumber lain,selama masa pembentukan mereka, dan hanya mencukupkan mereka dengan sumber rujukan Kitab Allah semata, sehingga jiwa mereka secara utuh hanya terisi dengan ajaran tersebut, dan mereka berjalan hanya dengan manhajnya semata. Oleh karena itu beliau marah saat melihat Umar bin Khaththab r.a. ingin mengambil rujukan dari sumber yang lain. Rasulullah Saw ingin membentuk generasi yang bersih hatinya, akalnya, gambaran hidupnya, dan jiwanya dari segala pengaruh lain, selain manhaj Ilahi, yang dikandung oleh Al Quran al Karim. Dengan begitu, generasi tersebut hanya mengambil rujukan mereka dari sumber itu semata. Dan hasilnya adalah, tercetaknya generasi istimewa dalam sejarah, yang belum pernah terulang lagi.

Kemudian apa yang terjadi pada generasi berikutnya? Ternyata sumber-sumber rujukan mereka telah berubah menjadi beragam dan bermacam-macam! Sumber rujukan generasi-generasi berikutnya telah tercampur oleh filsafat Yunani dan Logika mereka, legenda Parsi dan pola pandang mereka, israiliat Yahudi dan teologi Nashrani, dan pengaruh peradaban serta budaya lainnya. Semua itu tercampur dalam menafsirkan Al Qur'an, bangunan ilmu Kalam, juga dalam fiqh dan ushul. Dari racikan sumber-sumber itu, tercetaklah seluruh generasi berikutnya, sehingga keberhasilan generasi pertama tidak
pernah terulang lagi. Diyakini dengan pasti, bahwa percampuran sumber yang utama dengan sumber-sumber yang lain itulah yang menjadi faktor utama perbedaan keberhasilan generasi pertama dengan seluruh generasi berikutnya. Yaitu generasi pertama Islam yang istimewa itu.

* * *

Ada faktor utama lain, selain perbedaan sumber rujukan itu. Yaitu perbedaan dalam menerima dakwah,dibandingkan dengan generasi pertama yang istimewa itu.
Mereka (generasi pertama) membaca Al Qur'an bukan untuk sekadar ingin tahu dan sekadar membaca,juga bukan sekadar untuk merasakan dan menikmatinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang mempelajari Al Quran untuk sekadar menambah pengetahuan, atau untuk menambah bobot ilmiah dan kepintaran dalam ilmu fiqh.
Mereka mempelajari Al Qur'an untuk menerima perintah Allah SWT berkenaan dengan masalah pribadi mereka, masyarakat tempat mereka hidup, dan kehidupan yang dijalaninya bersama jama'ahnya. Dan mereka menerima perintah Allah SWT itu untuk segera diamalkan setelah mendengarnya. Seperti seorang tentara dalam medan perang menerima "perintah harian", yang langsung ia kerjakan setelah menerimanya! Oleh karena itu, tidak ada dari mereka yang memperbanyak mempelajari Al Qur'an dalam sekali duduk, karena ia merasa bahwa dengan memperbanyak membaca perintah Allah SWT itu berarti memperbanyak pula kewajiban dan tugas yang harus ia emban. Mereka
cukup membaca dan mempelajari sepuluh ayat, setiap kesempatan menelaah Al Qur'an, hingga ia menghapal dan melaksanakan isinya. Seperti diterangkan dalam hadits Ibnu Mas'ud r.a.[Seperti ditulis oleh Ibnu Katsir dalam muqaddimah kitab tafsirnya.]
Perasaan seperti dan sikap ini; yakni sikap menerima ajaran Al Quran untuk dilaksanakan perintahnya, membuat mereka, dengan membaca Al Qur'an, terbukakan gerbang kenikmatan dan ilmu pengetahuan.

Hal itu tidak terjadi jika mereka membaca Al Qur'an hanya sekadar untuk meneliti, mengkaji dan membacanya. Dengan cara membaca seperti itu, mereka menjadi termudahkan untuk mengamalkan isinya, teringankan beban tugas mereka, Al Qur'an merasuk dalam diri mereka, dan setelah itu mereka ejawantahkan dalam manhaj yang realistis dan praksis, yang tidak semata berada dalam otak atau kalimat-kalimat yang tersimpan dalam kertas. Namun menjadi wujud perubahan dan peristiwa yang merubah perjalanan hidup.

Al Qur'an tidak memberikan khazanahnya kecuali bagi orang yang menerimanya dengan semangat ini:semangat untuk mengetahui, dan kemudian menjalankannya. Al Qur'an tidak datang untuk sekadar menjadi hiburan otak, ia bukan kitab sastra atau seni, dan bukan pula sebuah kitab kisah atau sejarah --meskipun semua itu terkandung dalam isinya-- namun ia datang agar menjadi manhaj kehidupan. Manhaj Ilahi yang murni. Allah SWT menurunkan manhaj ini secara terpisah-pisah dan berangsurangsur.Yang datang secara beriringan:"Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." Al Israa: 106.
Al Qur'an tidak diturunkan sekaligus. Namun diturunkan sesuai dengan kebutuhan manusia yang terus berubah, perkembangan yang terjadi dalam pemikiran dan pola pandang, perkembangan dalam masyarakat dan kehidupan, serta sesuai dengan problem-problem praksis yang dihadapi oleh masyarakat Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Suatu ayat atau beberapa ayat dari Al Qur'an diturunkan dalam suatu momen tertentu atau suatu kejadian tertentu, yang menjadi masalah bagi manusia, untuk kemudian memberikan tuntunan bagi mereka dalam menghadapi masalah seperti itu,
menggariskan bagi mereka manhaj tindakan yang harus mereka lakukan dalam keadaan seperti itu, meluruskan kesalahan sikap dan tindakan mereka, mengaitkan semua itu dengan Allah SWT, Rabb mereka, dan memperkenalkan Diri-Nya, kepada mereka, dengan sifat-sifat-Nya yang berkuasa di segenap alam. Dengan begitu, mereka merasakan bahwa mereka hidup bersama Allah SWT dan selalu berada dalam pengawasan-Nya secara langsung. Oleh karena itu, mereka segera merubah sikap dan tindakan mereka dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan manhaj Ilahi yang sempurna itu.

Manhaj mempelajari Al Qur'an untuk dilaksanakan dan diamalkan isinya itulah yang telah menghasilkan generasi pertama Islam. Sementara manhaj mempelajari Al Qur'an semata untuk mengkaji dan menikmatinya itulah yang telah menghasilkan generasi-generasi berikutnya. Tentunya, faktor kedua ini adalah juga faktor utama yang membedakan seluruh generasi Islam dibandingkan dengan generasi pertama yang istimewa itu.

* * *

Ada faktor ketiga yang patut kita perhatikan dan camkan. Seseorang, pada masa generasi pertama, jika ia masuk Islam, maka ia akan melepaskan seluruh masa lalu kejahiliahannya. Dan pada saat itu, ia merasakan bahwa ia sedang memulai suatu era baru dalam titian kehidupannya, yang terputus sama sekali dari perjalanan hidupnya yang telah ia lewati di masa jahiliah. Ia memandang segala sesuatu yang biasa ia temukan pada masa jahiliah dengan pandangan ragu, curiga, hati-hati dan takut. Karena ia merasakan bahwa segala kotoran tersebut tidak dapat diterima oleh Islam! Dengan sikap seperti itulah, mereka menerima petunjuk Islam. Jika suatu saat ia terperdaya oleh nafsunya, atau kembali melakukan kebiasaan lamanya, atau kurang sempurna dalam menjalankan kewajiban Islam, maka saat itu ia langsung merasa berdosa dan bersalah. Dan menyadari dalam dirinya bahwa ia memerlukan penyucian
diri dari tindakannya itu. Untuk kemudian kembali berusaha berjalan sesuai dengan petunjuk Al Qur'an.

Ada pemutusan emosional secara total antara masa lalu kejahiliahan seorang Muslim dengan masa kini keislamannya. Hal itu tercerminkan dalam hubungannya dengan masyarakat jahiliah, dan ikatan-ikatan sosialnya. Ia telah terputus secara total dari lingkungan jahiliahnya dan bersatu secara total dengan lingkungan Islam. Meskipun ia masih tetap melakukan kontak dalam hubungan perdagangan dan keseharian. Karena pemutusan emosional adalah satu hal, sementara kontak mu'amalah sehari-hari
adalah hal lain.

Mereka melepaskan kaitan mereka dari millieu jahiliah, tradisinya, pola pandangnya, kebiasaannya dan ikatan-ikatannya. Hal ini terlahir dari pemutusan ikatan dengan kemusyrikan kepada aqidah tauhid, dan dari pola pandang jahiliah kepada pola pandang Islam tentang kehidupan dan wujud. Serta dengan bergabung dengan masyarakat Islam yang baru, dengan kepemimpinan yang baru, dan memberikan seluruh loyalitasnya, keta'atannya dan keterikatannya dengan masyarakat dan kepemimpinan ini. Inilah titik perpisahan mereka dengan masa lalu, dan awal perjalanan mereka dalam jalan yang baru,
jalan yang terbebaskan dari seluruh tekanan budaya yang dianut oleh masyarakat jahiliah, dan seluruh pola pandang serta nilai-nilai yang berlaku di dalamnya. Pilihan mereka itu harus mereka tebus dengan aniaya dan fitnah yang menimpa mereka, namun mereka telah bersikap teguh dan memutuskan sama
sekali ikatan mereka dengan kejahiliahan. Sehingga tekanan pola pandang jahiliah, dan adat-istiadat masyarakat jahiliah tidak mungkin lagi dapat menggoyahkan mereka.
Saat ini kita hidup dalam kejahiliahan seperti yang dialami oleh Islam pada era pertama itu, atau mungkin lebih kelam lagi. Seluruh yang ada di sekeliling kita adalah kejahiliahan. Pola pandang manusia, kepercayaan mereka, tradisi mereka, adat-istiadat mereka, sumber rujukan mereka, seni mereka, sastra mereka, hukum mereka serta undang-undang mereka. Hingga banyak yang kita sangka sebagai budaya Islam, referensi Islam, filsafat Islam, pemikiran Islam, ternyata juga merupakan produk
dari kejahiliahan!

Oleh karena itulah, nilai-nilai Islam tidak dapat meresap dalam diri kita, weltanschauung Islam tidak dapat bersemayam dalam akal kita, dan kita tidak dapat menjadi genersi yang besar, dengan karakteristik seperti generasi yang dihasilkan oleh Islam pada era pertamanya. Dengan demikian, dalam manhaj harakah Islam, kita harus membersihkan diri dalam masa pembentukan dan pengkaderan, dari seluruh pengaruh jahiliah yang kita sedang jalani ini. Kita harus kembali dari awal kepada sumber yang murni, yang dijadikan sumber oleh tokoh-tokoh generasi pertama itu. Sumber yang terjamin tidak tercermar dan tidak diragukan lagi. Kita kembali kepadanya, dan kita mengambil pola pandang kita darinya dalam melihat seluruh hakikat wujud, dan hakikat wujud manusia beserta seluruh ikatan antara dua wujud ini dengan Wujud Yang Sempurna dan Haqq; wujud
Allah SWT.

Dari sanalah kita mengambil pola pandang kita terhadap kehidupan, nilai-nilai, akhlak,sistem kekuasan, politik, ekonomi dan seluruh segi kehidupan kita.
Kita haru kembali kepadanya ---saat kita benar-benar kembali-- dengan sikap menerima ajaran Al Qur'an untuk dilaksanakan dan diamalkan. Bukan sekadar untuk belajar dan mencari kesenangan ruhani. Kita kembali kepadanya untuk mengetahui apa yang dituntut dari kita, dan seharusnya kita bagaimana. Dalam perjalanan itu, kita akan bertemu dengan keindahan seni dalam Al Qur'an, kisah kisah yang agung dalam Al Qur'an, deskripsi tentang hari kiamat dalam Al Qur'an, logika emosi dalam Al Qur'an, dan seluruh hal yang dicari oleh orang yang mengkaji Al Qur'an untuk sekadar mengkaji dan
mencari kesenangan. Namun kita akan menemukan hal itu dengan catatan bahwa itu bukanlah tujuan utama kita. Karena tujuan utama kita adalah untuk mengetahui: apa yang dikehendaki oleh Al Qur'an bagi kita untuk diamalkan dan diwujudkan? Apa pola pandang yang dikehendaki oleh Al Qur'an untuk kita miliki? Apa kehendak Al Qur'an tentang bagaimana seharusnya perasaan kita terhadap Allah SWT dan apa kehendak Al Qur'an tentang bagaimana seharusnya akhlak kita, kondisi kita, dan sistem praksis
kehidupan kita? Kemudian kita harus membersihkan diri kita dari tekanan masyarakat jahiliah, pola pandang jahiliah, tradisi jahiliah dan kepemimpinan jahiliah, dalam diri kita. Tugas kita bukan untuk ber co-eksistensi dengan realitas masyarakat jahiliah ini, juga bukan untuk memberikan loyalitas kita kepadanya. Karena
dengan sifat seperti ini, sifat jahiliah, ia tidak boleh kita ajak berdamai. Tugas kita adalah, pertama merubah diri kita, kemudian merubah masyarakat kita.
Tugas utama kita adalah merubah realitas masayrakat kita. Dan tugas kita adalah merubah realitas jahiliah ini dari akarnya. Realitas yang bersebrangan secara diametral dengan manhaj Islami, dan pola pandang Islam, yang menghalangi kita dengan kekuatan dan tekanan untuk hidup sesuai dengan yang
dikehendaki oleh manhaj Ilahi bagi kita.Langkah pertama ddalam jalan kita ini adalah, menciptakan jarak dengan masyarakat jahiliah ini, besrta
nilai-nilai dan pola pandangnya. Dan kita jangan sampai merubah nilai-nilai dan pola pandang kita sedikitpun agar bertemu dengannya di pertengahan jalan. Karena kita bersimpangan jalan dengannya, sehingga satu langkah saja kita mengikuti jalannya, niscaya kita akan kehilangan manhaj dan jalan kita!
Tentu kita akan menemukan kesulitan dan kepayahan dalam jalan ini, dan menuntut pengorbanan yang besar dari kita. Namun kita tidak memiliki pilihan lain, jika kita ingin mengikuti jalan generasi pertama Islam, yang telah Allah SWT letakkan mereka dalam manhaj Ilahi-Nya, dan telah diberikan kemenangan atas manhaj jahiliah.
Seharusnya kita selalu mengetahui sifat manhaj kita ini, sikap kita, dan sifat jalan yang harus kita lalui untuk keluar dari kejahiliahan, seperti keluarnya generasi istimewa itu.

* * *
Judul Asli: Ma'alim fi Thariq
Penulis: Sayyid Quthb
Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani
Penerbit: Penerbit: Daar Syuruuq

Tuesday, February 24, 2009

Hadith 1

HADIS 1
عن أمِيْرِ المُؤْمِنِيْنَ أبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّاب رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ ا للهِ صلى الله عليه وسلم یَقُولُ: (( إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ آَانَ تْ
هِجْرَتُهُ إِلىَ اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ وَمَنْ آَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا یُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَ ةٍ
یَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ)) . رواه إماما الحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن
إبراهيم بن المغيرة بن بردزیة البخاري، وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري
النيسابوري في صحيحيهما اللذین من أصح الكتب المصنفة.

Daripada Amirul Mukminin Abu Hafsin 'Umar ibn al-Katthab r.a. beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Bahawa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahawa sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang dia mahu mencari habuannya, atau kerana seorang perempuan yang dia mahu kahwininya, maka hijrahnya ke arah perkara yang ditujuinya itu.”
Hadis ini diriwayat oleh dua orang Imam Ahli Hadis; Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Barzirbah al-Bukhari dan Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairie al-Naisaburi dalam kitab sahih mereka berdua yang merupakan antara kitab yang paling sahih
(Al-Imam al-Bukhari meriwayatkannya pada bahagian awal kitab sahihnya, juga dalam Kitab Iman dan beberapa tempat lain dalam kitab sahihnya. Al-Imam Muslim meriwayatkannya dalam Kitab al-Imarah Bab : إنما الأعمالبالنية) 􀁌 باب قوله ) hadis nombor 1908).

Hadis ini adalah salah satu hadis utama dalam lslam.

Pokok perbincangan hadis :
1) Sebab keluar Hadis ini - kisah Hijrah Ummu Qais
2) Kenapa niat penting :
untuk bezakan ibadat dengan adat.
untuk tentukan qasad amal - adakah untuk Allah atau lainnya.
3) Hukum melafazkan niat(jahr) - bid’ah mungkarah :
tidak thabit dalam quran dan sunnah - (asal ibadah haram kecuali berdalil) - fuqaha’ Syafie : sunnat.
haram sekiranya dengan jahr niat boleh mengganggu orang lain (solat).
4) Kesan niat baik pada perkara yang harus :
dikira sebagai qurbah (hampir dengan Allah), dan diberi pahala baginya.
makan minum - niat nak buat ketaatan/ memberi nafkah - (hak anak/isteri)
jima’@ bergaul dgn isteri - dikira ibadah (memberi hak).
5) Beberapa Langkah Perkara Harus bertukar menjadi Qurbah:
Tidak boleh jadikan gambaran luaran perkara harus sebagai qurbah. Cth- berdiri di bawah panas matahari …..(hadis nazar seorang lelaki) Perkara yang mubah sebagai wasilah kepada ibadah. Mengambil ia sebagai tasyri’ ilahi - yakin bahawa ianya harus/
tidak melampau/ menepati syariat. Menganggap ianya sebagai juz’ie - tak boleh berpanjangan sehingga membinasakan diri - sprt – tak makan - berdosa.
Antara pengajaran hadis:
Niat adalah teras segala amalan. Amalan baik mesti disertakan niat yang baik. Amalan yang buruk atau amalan yang baik tetapi dijalankan tidak mengikut aturan syara', tidak membawa apa-apa faedah walaupun dilakukan dengan niat yang baik. Demikian juga amalan baik jika diniatkan bukan kerana Allah, seumpama kerana riya', menunjuk-nunjuk atau kerana suatu tujuan duniawi, maka ia tidak memberikan apa-apa faedah.

Ulama ada berkata: Boleh jadi suatu amalan kecil menjadi besar kerana niat dan suatu amalan yang besar menjadi kecil kerana niat. Sesuatu amalan dibalas berdasarkan niat pelakunya. Hijrah adalah suatu peristiwa besar dalam lslam di mana umat lslam diperintahkan berhijrah. Sesiapa yang berhijrah kerana Allah dan RasulNya, dia akan dikurniakan pahala besar, sebaliknya jika kerana dunia atau perempuan, maka dia hanya mendapat apa yang diniatkannya. Walaupun hijrah sudah tiada lagi, namun hijrah dengan makna meninggalkan maksiat kepada melakukan taat, ia juga dianggap hijrah yang akan dikurniakan pahala.

Menyingkap kejahatan Yahudi

Ghazi Muhammad Al-Qarni

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Selawat dan salam semoga dilimpahkan ke atas Rasulullah Muhammad SAW. Amma ba’du.

Hingga ke hari ini, saya tetap yakin bahawa bangsa Yahudi masih wujud dan bermain di balik tabir kehidupan ini. Mereka menjadi penyebab utama berbagai malapetaka yang menimpa umat manusia dari masa ke masa. Mereka ibarat kenser ganas yang mesti dibongkar hingga ke akar-akarnya dan tidak diberi kesempatan untuk tumbuh kembali.

Buku yang hadir di hadapan anda ini merupakan usaha dari saudara saya, Ghazi bin Muhammad al-Qarni, dalam rangka mengupas dan menjelaskan sekitar permasalahan yang telah saya sentuh di atas.

Kehadiran buku ini menjadi pengetahuan asas yang sangat penting. Oleh kerana itu, saya memohon kepada Allah agar berkenan melimpahkan berkat dan keikhlasan kepada penulis. Dan semoga Allah melimpahkan taufik kepada kita semua sebagai hamba-hambaNya sehingga dapat mengarah menuju amal yang diredhaiNya.

Buku kecil ini berisi kajian yang sederhana namun mendasar mengenai perlakuan bangsa Yahudi di pentas kehidupan dan ancaman mereka terhadap kaum muslimin dan umat manusia pada umumnya. Tidak ketinggalan penulis menyertakan pesanan bagi kaum muslimin agar sentiasa waspada menghadapi tipu daya dan kejahatan mereka.


MUKADDIMAH

Segala puji bagi Allah. Kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan perbuatan kami. Sesiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Sesiapa yang disesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk, menolong dan membimbingnya.

Kami bersaksi bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dialah yang telah menolong hambaNya, memenangkan tenteraNya dan menghinakan musuh-musuhNya. Tidak ada sesuatu sebelum dan sesudahNya.

Kami bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba, rasul, kekasih dan manusia pilihan dari semua makhlukNya. Sungguh, baginda telah mentyampaikan risalah, baginda juga telah menunaikan amanah dan menasihati umatnya sehingga sampailah mereka pada kehidupan yang terang benderang. Malamnya bagaikan siang. Tidaklah ada orang yang menyimpang dari jalanNya melainkan ia pasti akan binasa. Semoga Allah sentiasa melimpahkan kebaikan kepada baginda SAW sebagaimana layaknya Dia memberi ganjaran kepada para nabi yang lain.

Semoga Allah meredhai para sahabat baginda, para pemimpin umat dan singa-singa dalam peperangan. Mereka telah berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Mereka membawakan hidayah dan cahaya kepada sekelian manusia, sehingga dengan al-Qur’an mereka mampu membuka mata0mata yang buta, telinga-telinga yang tuli, dan menghidupkan hati-hati yang lalai.

Semoga Allah meredhai mereka dan orang-orang sesudah mereka yang memikul amanah Islam. Orang-orang yang mempersembahkan dirinya kepada Allah, sehingga bertemu dengan Rabbnya dalam keadaaan redha dan diredhai.

Amma ba’du.

Buku ini saya persembahkan kepada pembaca yang budiman, sebagai saham saya dalam usaha menyingkap kebusukan dan kebatilan yang sedang bermaharajalela di tengah masyarakat. Saya berusaha menulis buku ini dengan susunan kalimat yang sederhana, sehingga dapat dicerna sama ada oleh orang alim mahupun kalangan awam dari umat ini.

Di antara hasil dari kajian saya yang sederhana ini, saya dapat menarik kesimpulan bahawa tidak akan memahami tentang Islam, orang yang tidak memahami tentang jahiliyyah dengan dua jenisnya; jahiliyyah kuno dan jahiliyyah moden. Tidak akan faham terhadap al-haq orang yang tidak pernah memahami al-batil. Seseorang tidak mungkin tampil menjadi pembela Islam selagi ia tidak mengenali musuh-musuhnya serta mempelajari perancangan dan cara-cara kejahatan mereka. Sebagaimana dikatakan Umar bin Khattab r.a :
”Sesunguhnya di antara yang menjadi sebab terlerainya simpulan-simpulan Islam satu demi satu adalah apabila tumbuh dalam Islam orang-orang yang tidak mengenal jahiliyyah.”

Demikian juga, kita umat Islam tidak akan mendapat kemenangan selagi kita tidak mengetahui bagaimana musuh-musuh berfikir, apa yang menjadi sumber nilai dan landasan ideologi mereka, bagaimana mereka menjerut benang-benang penjerat leher lawan-lawannya, serta apa yang menjadi asas mereka sehingga mereka kelihatan begitu kuat dan kukuh berdiri di atasnya.

Sebelum kita masuk ke dalam kancah peperangan melawan ”anak cucu kera dan babi”, sebagai kaum muslimin kita mesti mengetahui landasan ideologi, politik dan sosial mereka. Kita juga mesti mengetahui cara pandang mereka terhadap alam semesta dan terhadap umat manusia di luar bangsa Yahudi. Kita juga dituntut untuk mengetahui dari mana mereka menimba pemikiran tentang ketuhanan, politik, undang-undang, agama, dan muamalah.

Seorang muslim dituntut untuk mengetahui masalah-masalah ini, sehingga ia memiliki kejelasan terhadap apa yang sedang dirancangkan oleh musuh terhadap diri dan umatnya yang sedang merana ini.

Sekarang kita sedang menyaksikan Masjidil Aqsa – tempat Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammmad SAW – merintih di bawah cengkaman bangsa Yahudi yang terlaknat. Mereka telah menyebarkan najis di temp[at suci tersebut serta melakukan berbagai perbuatan keji dan gila. Tempat suci itu kini menjadi pentas kemaksiatan ”anak-anak ular”, sama ada lelaki mahupun perempuannya.

Sesungguhnya, Masjidil Aqsa kini sedang menantikan huluran tangan dari setiap muslim yang masih memiliki rasa cinta kepadanya. Dan sesungguhnyalah, menjadi kewajipan setiap muslim di seluruh dunia untuk membebaskannya dari tangan-tangan yang telah merampas dan mengotorkannya.

Sekiranya kita tidak memahami masalah ini segera dan tidak menyusun gerakan-gerakan yang realistik untuk membebaskan bumi yang penuh berkat ini dari tangan-tangan najis para perompaknya – dengan segala kurnia Allah yang berupa kemampuan dan bakat-bakat aqqliyah dan jasadiyah, sokongan material dan rohani, langkah-langkah politik, kekuatan ketenteraan yang sedia berjihad, yang semua itu diasaskan pada tujuan mencari redha Allah, mengambil sebab dan tawakal kepada Zat yang menjadikan sebab-akibat, Rabb segala sesuatu, maka kita akan semakin kehilangan peluang. Pada akhirnya, kita hanya dapat menangis dan menyesali diri di waqktu kita telah dipijak-pijak oleh kekejaman orang-orang yang mengaku sebagai keturunan Daud.

Kita hendaknya jangan terlena, sehingga mimpi besar mereka menjadi kenyataan, yakni mendirikan negara Israel Raya yang membentang antara Sungai Nil di sebelah barat hingga sungai Furat di sebelah timur dan dari Yaman di sebelah selatan hingga Turki di sebelah utara.

Sesungguhnya, agama kita mewajibkan setiap muslim untuk mengorbankan segala yang ia miliki berupa harta, tenaga. Darah bahkan jiwanya untuk membebaskan Masjidil Aqsa, tempat Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW. Kita mesti mengembalikannya ke pangkuan Islam, sehingga ia dan para penduduk di sekitarnya merasakan nikmatnya kesucian, keamanan dan kedamaian Islam.

Dalam kajian ringkas ini, saya mengemukakan bahawa sumber-sumber pemikiran Yahudi yang dijadikan sebagai titik tolak gerakan mereka ada empat jenis, iaitu:
1. Taurat
2. Talmud
3. Cabala
4. Protocols

Namun, bukan bererti bahawa sumber pemikira ideologi dan politik mereka hanya terbatas pada empat sumber tersebut. Mereka masih mempunyai sumber-sumber lain yang sangat dijaga kerahsiaannya.

Perbahasan kita tentang sumber-sumber pemikiran Yahudi ini bukan dimaksudkan untuk memperinci semua bentuk persengkokolan dan operasi kejahatan mereka, kerana sudah pasti masalah ini sangat dirahsiakan oleh mereka. Sebagaimana yang berlaku pada semua negara atau sebuah organisasi, masing-masing mereka tidak ingin orang lain mengetahui perancangan-perancangannya sebelum sampai waktunya. Tetapi yang kita maksudkan di sini adalah sumber-sumber umum yang menjadi asas keyakinan dan sikap politik mereka yang sekarang telah dianggap sebagai fakta yang diketahui bersama.

Dalam buku ini saya mengupas setiap satu sumber dalam satu bab tersendiri. Kemudian saya cuba untuk menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan definisi, ajaran dan pemikiran yang terkandung di dalamnya dan saya terangkan pula hakikatnya. Semuanya saya sajikan dalam tulisan yang ringkas dan sederhana tanpa terpaksa mempermudahkan persoalan yang dibicarakan, insya Allah. Pada bahagian akhir saya sebutkab buku-buku yang menjadi acuab bagi penulisan risalah ini. Selebihnya penulis bertawakal kepada Allah Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan berlindung kepadaNya dari segala kesalahan.

Saya sedar bahawa saya bukanlah oarang yang pertama menulis masalah ini. Masalah ini telah dikupas oleh ramai penulis, tetapi saya belum mendapat sumber-sumber tersebut ditulis dalam sebuah buku secara khusus. Oleh kerana itu, saya ingin menyajikan dalam sebuah buku kecil dengan maksud menyebarluaskan manfaat, memperjelaskan masalah, dan merealisasikan apa yang menjadi tujuan kita dengan izin Allah Azza wa Jalla.

Tidak lupa saya menghulurkan terima kasih kepada Dr. Sayyid al-Hajar, pensyarah Fakulti Sya’riah dan Usuludin yang telah banyak memberi nasihat dan bimbingan.

Saya memohon kepada Allah semoga usahayang sangat sederhana ini ikhlas keranaNya bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Senoga Allah menjadikannya tabung kebaikan yang bermanfaat bagi saya pada hari di mana harta dan anak-anak tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Hanya inilah yang dapat saya persembahkan. Jika terdapat kebaikan di dalamnya, maka kebaikan itu dari Allah dan jika terdapat kesalahan di dalamnya, maka kesalahan itu berasal dari diri saya yang dhaif.

Akhirnya, hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan.

Ghazi al –Qarni
3 Rabi’uth Thani 1413 H
29 September 1992 M

Monday, January 12, 2009

Laksanakan Tugas

Salam..

buat semua umat Islam..laksanakan yang termampu bagi kita.
tak susah pun..Bayangkan penderitaan umat Palestin di sana.















BOIKOT 7 BARANGAN DI ATAS HINGGA LUMPUH

~ kalu ikut ana banyak lagi nak senaraikan nih..takpe2..kita ikut strategi.

ahmad fikry memboikot~ dan mengajak semua-semua-semuanya..

Saturday, November 15, 2008

Kenali Tasauf






Salam..

Ana tertarik dengan kata-kata As Syeikh Abdul Qadir yang mengatakan;

"Ma'rifat dapat terwujud setelah hilangnya segala sesuatu yang menghalangi cermin hati dengan terus berupaya membersihkannya sehingga manusia dapat melihat indahnya sesuatu yang terpendam dan tertutup di dalam rasa di lubuk hati."

Terdetik persoalan..Bagaimanakah rasa indah yang terpendam itu? yang dirasai oleh para ahlullah;para sahabat r.anhum, para tab'i tab'in, dan para salafussoleh? Allahu Akbar..

Perjalanan dalam mencapai cinta dan redha Allah,kita sebagai mukmin menuntut kita mencari ilmu syariat,hakikat dan pengorbanan. Mencontohi, menyusuri jalan-jalan mereka yang telah berjaya di sisi Allah.

Tertarik dengan kesimpulan dari Imam Malik rah. ;

" Barangsiapa berfiqih/bersyariat saja tanpa bertasauf nescaya ia berlaku fasik(tidak bermoral) dan barangsiapa yang bertasauf tanpa berfiqih/bersyariat nescaya ia berlaku zindik (penyelewengan agama). Maka barangsiapa melakukan kedua-duanya, maka itulah dia golongan Islam yang hakiki(tulen)."

Lantas, apa itu tasauf? berikut antara definisi tasauf..

a) tasauf ialah mengambil hakikat dan tidak mengharap apa yang ada dalam tangan sesama makhluk. (Ma'ruf Karkhi)
b) tasauf ialah membersihkan hati dan apa yang menganggu perasaan kebanyakan makhluk. Berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instinct) kita.
c) tasauf ialah masuk ke dalam akhlak menurut contoh yang ditinggalkan Nabi SAW dan keluar dari akhlak yang rendah. (Muhammad al Jujairi)
d) tasauf adalah memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia. Menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mengkehendaki sifat-sifat kerohanian dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat. Memakai yang terlebih penting dan terlebih kekal. Menaburkan nasihat kepada sesama umat. Memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat dan mengikut contoh Rsulullah SAW dalam hal syariat. (Syeikh Junayid Bagdadi)

Serba ringkas; dalam kitab Syakhiatus Sufiat tulisan Syeikh Thaha Abdul Baqy Surur yang membahagi Tasauf Islam kepada dua bahagian;
Bahagian Pertama= Tasauf yang berhubungan dengan pendidikan dan melatih ruhaniyah, mempertinggi akhlak, melatih diri memakai sifat-sifat keutamaan dengan istilah mu'amalah.
Bahagian kedua = Bahagian kedua dari tasauf Islam adalah ibadah dan mahabbah kepada Allah. Syarat-syarat utama untuk memasuki bahagian ini adalah
1) berpengetahuan tentang Al Quran
2) berpengetahuan tentang Sunnah Rasulullah SAW

Terdapat salah faham dan ketakutan bagi segelintir pihak untuk memasuki lapangan tasauf walhal tasauf adalah salah satu dari cabang ilmu.
Usuluddin dipelajari untuk mengetahui selok belok Rukun Iman.
Fiqh dipelajari untuk mengetahui selok belok Rukun Islam.
Tasauf pula untuk mendapatkan Ihsan agar selalu teliti (khusyuk) dalam menunaikan ibadah.

Sebaik-baik manusia adalah yang bekerja memperoleh ilmu dan membawanya ke hati. Dan juga bekerja membersihkan hati dan membebaskan hati dari segala penganggu-peganggu dan setelah itu mengilapkannya.

Kesimpulan,ilmu yang dipelajari tentang pengawasan jiwa itu adalah ilmu tasauf. Peranan ilmu tasauf ialah berusaha menahan jiwa dan membersihkannya dari kejelekan hawa dan nafsu, sehingga rasa 'taqwa' dan 'tawadhuk' terbit dari hati yang bersih.

Ciri-ciri penting dalam mengenali tasauf yang benar adalah yang tidak menyalahi syariat dan sunnah Rasulullah SAW. Sangat penting untuk berguru dalam memahami lebih lanjut tentang ilmu tasauf.

Insya Allah, sedikit huraian tentang Tarikat pada post akan datang.
Wallahu 'alam.

Friday, November 7, 2008

Muhasabah

Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Az-Zumar 11)

Iblis menjawab, Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka. (Sad 82-83)

Ikhlas. Apa keistimewaan ikhlas sehinggakan orang yang memiliki ciri-ciri itu mendapat keredhaan dan kebaikan dunia akhirat Perkataan ikhlas selalunya digunakan ketika kita sedang memberi sesuatu dengan suka dan rela hati, kerana cinta kepada penerimanya. Tanpa kita sedari, maksud ikhlas itu jauh lebih mendalam. Ada ikhlas di dalam ikhlas dan ada ikhlas lagi di dalamnya. Sejauh mana tahap keihklasan kita -apakah niat kita yang baik pada mulanya semata-mata mendapat keredhaan Allah tapi kemudiannya dipengaruhi syaitan supaya riak itu juga dikira tidak ikhlas.

Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w, Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang seseorang yang keluar (dari rumahnya) untuk berjihad di jalan Allah, dia ingin mencari pahala dan populariti sebagai seorang yang berani, apa yang ia perolehi Nabi menjawab, Tidak ada apa-apa. Walaupun ditanya beberapa kali, jawapan Rasulullah tetap juga sama. Kemudian Nabi bersabda,

'Sesungguhnya Allah tidak menerima segala amal, kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas dan untuk mencari keredhaan Allah'. (HR An-Nasa'i)

Cuba bayangkan amalan-amalan kita selama ini, apakah ianya benar-benar ikhlas kerana Allah. Apakah anda muslimah memakai jilbab yang labuh supaya kamu dipuji orang ramai dan seronok dengannya Pernahkah anda gembira jika anda dipuji orang-orang tua apabila anda ke masjid

Na'uzubillah.

Lantas, oleh kerana keikhlasan berubah-ubah bersama niat, kita perlu menetapkan niat sebelum melakukan sesuatu perkara. Sebelum keluar ke universiti, tetapkan apa niat kita belajar. Kita tidak sanggup melihat kafirun dan jahiliyyah lagi yang memegang pemerintahan negara. Kita mahu menegakkan agama islam. Kita tidak mahu digelar orang beragama yang tidak berilmu, orang da'wah yang hanya cakap pandai. Inilah sebabnya kita pergi menuntut ilmu. Semuanya lillahita'ala.

Bila anda mula gembira jika dipuji, berhati-hatilah kerana riyak hampir saja timbul lalu memadamkan segala niat awal anda yang ikhlas kerana Allah.

Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas 4)

Apakah kita sedangkan menyamakan Allah dengan puji-pujian manusia Na'uzubillah. Anda selalu solat di masjid namun lama-kelamaan ia semakin pudar dengan riyak dalam hati. Rugilah anda. Bukanlah mengatakan solat di masjid itu riyak. Cuma kita perlu berhati-hati antara ikhlas, teladan kepada orang lain atau riyak. Tepuk dada tanya hati.

Ya Allah, apakah amalanku yang selama ini kuanggap ikhlas kerana-Mu telah dikaburi riyak. Ya Allah, jauhkanlah aku yang syirik yang nyata dan yang tidak nyata.

Rasulullah s.a.w bersabda, Mohonlah perlindungan kepada Allah dari Jubbil Huzn. Mereka bertanya, Apakah itu, wahai Rasulullah Nabi s.a.w menjawab, Suatu lembah di Neraka Jahannam, di mana setiap hari, Jahannam sendiri berlindung darinya sebanyak empat ratus kali. Mereka bertanya, Untuk siapakah ini disiapkan, wahai Rasulullah Jawab Nabi, Disiapkan untuk para qari' (pembaca Al-Quran) yang riyak dengan amalan mereka. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Na'uzubillah.

Betapa bahayanya riyak ke atas diri kita. Halus dan tidak nyata tapi mengubah keikhlasan kita dalam melakukan pekerjaan.

Manusia mengadili hanya dengan deria mereka. Namun, amal semua manusia hanya Allah yang mengetahui.


Tanda-tanda ikhlas dapat disimpulkan seperti berikut:



1. Menuduh diri berasa kurang sempurna dalam melaksanakan kewajiban kepada Allah.

2. Merasa keikhlasan dalam diri itu tiada dan selalu mempertanya keikhlasan diri sendiri.

3. Tidak terpengaruh dengan ujian atau celaan, tetapi tetap istiqamah.

4. Tidak berubah walaupun manusia berubah dalam hal ketaatan atau kemaksiatan.

5. Niat menjadi pusat pemerhatian dalam kehidupan.

6. Berusaha merahsiakan amal kebaikan kecuali ketika memberi teladan kepada orang lain.


Mungkin, orang yang menangis ketika beribadah di khalayak ramai itu lebih ikhlas daripada orang yang beribadah di dalam bilik seorang diri (yang riyak).

Sumber Ishlahul Qulub @ Menggapai Surga dengan hati, Amr Khalid.

Wednesday, September 10, 2008

~PeTiKaN~

Hasil dari penelitian Cawangan Akidah, Bahagian Penyelidikan, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, umat Islam di negara ini sentiasa terdedah kepada ajaran sesat yang berkembang hasil dari faktor-faktor berikut:-

1: Tasawuf Falsafah @ Teosofi
2: Ajaran Batiniah;
3: Ajaran Syiah;
4: Khurafat, Amalan Bomoh dan Tradisi; dan
5: Usaha menjauhkan Umat Islam dari al-Quran dan al-Sunnah.

Faktor Pertama:Tasawuf Falasafah @ Teosofi @ Wujudiah + Martabat Tujuh

a: Tasawuf Teosofi

Tasawuf Teosofi(7) menjadi punca utama kepada penyelewengan dalam ilmu tasawuf dan kepada muncul ajaran-ajaran sesat yang mana ia didapati dipengaruhi oleh pengaruh Greek, Parsi, Yahudi, Kristian dan Hindu – Buddha.

Faktor ini mengandungi berbagai-bagai konsep yang bermula dengan konsep wahdatul wujud dan seterusnya diserap kepada ajaran martabat tujuh dari karangan Syeikh Mohammad b. Fadhlullah Al-Burhanipuri, (W 1029H @ 1619M) melalui bukunya al-Tohfah Ila-Mursalah Ila Roh Al-Nabi, yang diterjemah ke bahasa Jawa tahun (1680M) kemudiannya pula disalurkan oleh beberapa tokoh Nusantara seperti Syeikh Syamsuddin al-Sumatrani (W 1690M) yang mengarang buku Jauhar al-Haqaeq, Abdul Rauf Singkel dengan kitab Daqaiq al-Huruf beliau dikatakan menuntut di Mekah selama 19 tahun dan kembali ke Acheh tahun (1661M) dan Syeikh Hamzah Fansuri (W 1606M) dalam buku-bukunya di bidang tasawuf ketuhanan terutama buku Asrar al-Arifin, Syarb al-‘Asyikin dan al-Muntahi dan berkembang pula melalui kitab al-Durr al-Nafis oleh Syeikh Mohammad Nafis al-Banjari (W 1778M) yang ditulis tahun (1200H) yang dianggap pula oleh beberapa tokoh penyelidikan sebagai mewarisi kitab al-Tohfah al-Mursalah yang dikatakan telah ditemui di Ceribon tidak lewat dari tahun 1668M oleh Abdul Muhyi seorang wali dari Jawa, yang menjadi guru kepada Bagus Norjan dari Ceribon.

Kitab ini juga tersebar di Sumatera pada abad ke-17 M. Buku ini dikatakan mempengaruhi kelanjoran buku Serat Wirid Hidayat Jati karangan Rengka Warsita (W 1873M).

Pada asasnya faktor Tasawuf Teosofi ini telah banyak mempengaruhi ajaran-ajaran yang dibawa oleh guru-buru ajaran sesat ditambah pula oleha buku Kasyr Al-Asrar oleh Syeikh Mohammad Salleh bin Abdullah al-Mengkabu yang ditulis tahun 1922M.

b: Tasawuf Wahdatul Wujud

Menurut Prof. Dr. Abdul Fatah Haron Ibrahim bahawa tasawuf wahdatul wujud dalam Islam dapat dikesan sumbernya daripada Hindu dan Neoplatonisma atau seumpama kedua-duanya (lihat Ajaran Sesat 1994) DBP hal. 13).

Menurut Haji Abdullah Fahim b. Hj. Ab. Rahman, pula bahawa buku Bahr al-Lahut iaitu kitab adunan antara kandungan al-Tohfah al-Mursalah dengan Serat Wirid dan kandungan Bahr Al-Lahut inilah yang terdapat dalam kitab Hidayah Anwar (Ajaran Taslim) dan Hakikat Insan (1985M) serta Tajalli Ahmad Laksamana (lihat Sejarah Kemunculan Ajaran Menyeleweng, hal. 55-56).

Menurut Dr. Abdul Fatah Haron bahawa martabat tujuh juga bukan dari al-Quran dan Hadis Sahih, tetapi dari falsafah Neo Platonism yang dikenal dengan teori immanasi atau as-Sudur (Lihat Beberapa Masalah Utama Dalam Tasawuf (1993M) BAHEIS, KL H. 25). Dari Kitab al-Durr al-Nafis, Maktabah Wa Matbaah Darul Maarif Pulau Pinang terdapat huraian martabat tujuh ini dari halaman 21 – 23.

Fahaman Wahdatul Wujud menganggap alam ini adalah penyataan Allah yang qadim Azali lagi abadi. Alam ini seperti ombak dan Tuhan seperti laut. Ombak itu kekal ada selagi laut itu kekal.

c: Ajaran Martabat Tujuh

Martabat Tujuh adalah satu perbincangan mengenai asal usul mula kejadian alam semesta ini. Ilmu ini termasuk dalam bidang iktiqad Tasawuf Falsafah Wahdatul Wujud.

Penjelasan maksudnya ialah bahawa Allah Yang Maha Esa Mentajalli (menampak) alam semesta daripada Dzatnya sendiri.

Pertama: Ahadiyah iaitu Martabat zat qadim, azali, abadi, martabat La Taayun ertinya martabat tidak nyata. Ahadiyah iaitu seperti menilik cermin, wahdah seperti cermin, wahdiyah seperti rupa dalam cermin, martabat La Taayun belum nyata Tuhan dengan hamba.

Kedua: Wahidiyah – Martabat Aliah Wahdah Qadim, azali, abadi, roh Qudsi yakni nyawa Muhammad, martabat Taayun Awwal iaitu nyata yang pertama, kelakuan dzat: Syuun, Martabat Muhammad. Ertinya nyawa Muhammad pada pihak pengetahuan Allah.

Ketiga: Wahdiyah, Martabat Taayun thani, nyata yang kedua iaitu Roh Adam dan Aayanthabitah namanya iaitu Kenyataannya telah ada bagi ilmu Allah bagi zat dan bagi sekalian yang maujud iaitu jalan tafsil. Tajalli hak Allah kepada martabat ini dengan nama Ar-Rahman bersifat pemurah.

Keempat: Alam Arwah iaitu alam segala nyawa dan alam roh aayan kharijah ertinya kenyataan yang sudah terbit daripada ilmuNya dan roh itu daripada kehendak Allah Taala yang dibangsakan keadaannya dengan martabat terbit daripada suruhan Tuhan kita dengan berantara sesuatu daripada pergantung.

Kelima: Alam Mithal ialah kalbu sanubari bererti tempat hati. Inilah alam segala rupa namanyaa iaitu daripada kehendak Allah Taala yang rapat terus daripada segala suku yang halus dan tiada menerima suku ertinya tiadalah menerima akan tegahan dan tiadalah menerima berciri-ciri setengahnya daripada setengahnya dan tiadalah menerima akan tebusan dan tiada menerima zakat kerana halus.

Keenam: Alam Ajsam ialah alam syahadah, alam yang dipandang, alam segala martabat yang terus daripada anasir empat, air, tanah, udara dan api dan yang tersebut daripada itu lima perkara iaitu segala batu, tumbuhan, binatang dan segala jin yang tersusun dari segala unsur, nyata Allah taala itu dengan zahir dan Muhammad namanya Mazhar.

Ketujuh: Alam Insan disebut Insan itu rahsiaKu dan Aku rahsianya martabat yang dihimpunkan segala martabat ini. (Bandingkan dengan buku dari Abdul Fatah Ajaran Sesat 1994 h. 20 – 25).

d: Nur Muhamad

Nur Muhamad ialah cahaya yang dihubungkan dengan Nabi Muhammad (s.a.w). Dari segi istilah ialah ciptaan Allah yang pertama, sebelum Dia mencipta makhlukNya yang lain. Cahaya ini dicipta dari Nur Allah, pada asal kewujudannya. Nur ini sama dengan rupa kejadian Nabi Muhammad s.a.w.

Istilah yang lain dipakai juga oleh penggemarnya iaitu al-Aql al-Awwal, al-Insan al-Kamil, Qutub, Ghaus dan lain-lain. Kaitannya dengan Martabat Tujuh, ia terletak di martabat kedua.

Pemikiran ini tidak ada dalam al-Quran dan hadis sahih, lebih-lebih lagi ia disifatkan sebagai qadim dan semua perkara yang ada dalam alam ini bersumber darinya. Bagi syiah, menggunakannya untuk meluluskan akidah mereka terhadap al-Imamah.

Manakala kaum Sufi untuk meluluskan Konsep al-Wilayah atau Kewalian, yang ada persamaannya dengan al-Imamah dalam Syiah. Orang Islam yang awal membincangkan Konsep Nur Muhamad ialah Ibnu ‘Arabi (638H/240M) dan Abdul Karim al-Jili (832H). Ini disebutkan dalam kitab-kitab karya mereka seperti al-Futuhat al-Makiyyah, Fusus al-Hikam dan al-Insan al-Kamil fi Ma’arifah al-awa’il wa al-Awakhir.

Bagi Ibnu Arabi, Nur Muhamad merupakan asal usul kejadian semua makhluk yang hidup dan sumber yang terpancar daripada ilmu para Nabi dan wali atau dengan kata lain Nur Muhamad ialah roh yang nyata dengan rupa para Nabi dan wali sejak Nabi Adam a.s. diutus hingga Nabi Muhamad s.a.w. dan sejak wujud Martabat al-Wilayah atau kenabian dalam pemikiran Sufi.

Ilmu para nabi dan wali menurut Kaum Sufi adalah suatu pancaran dari Nur Muhamad yang merupakan induk kepada segala yang wujud ini. (lihat Muhamad Ali al-Junid, Nazdariyyah, al-Imamah, al-Imamah, hal. 128) dan bandingkan dengan artikel Prof. Madya Dr. Abdul Hayei bin Abdul Shukor (UM) “Nur Muhamad: Satu Pencemaran Terhadap Akidah” (Utusan Zaman – 9 Jun 1996).

Orang yang terlibat dengan kumpulan ini dipercayai banyak memalsukan hadis bagi meluluskan teori dan cita-cita ini. Sedangkan menurut pandangan ahli Sunnah Wal Jamaah, asal kejadian Nabi Muhamad s.a.w. adalah jelas seperti dinyatakan dalam ayat 110, surah al-Kahfi, yang bermaksud;

“Katakanlah (wahai Muhamad) sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahawa Tuhan kamu hanyalah satu.”

Bagi ahli Sunnah, kepercayaan Nur Muhamad ini adalah khurafat dan tidak bersandarkan mana-man dalil yang layak menjadi sumber hukum.

Tetapi setengah kaum Sufi yang keterlaluan mendakwa bahawa ilmu mereka kasyaf, kadang-kadang dikatakan diambil terus dari Allah atau Rasulullah.

Menurut Prof. Dr. Abdulfatah Haron bin Ibrahim, bahawa Nur Muhamad tidak lebih daripada lagenda. Ia tidak ada dalam ajaran akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah (Asyariah, Maturidiah dan Salafiah, tetapi terdapat dalam Ajaran Tasawuf Wahdatul Wujud).

Dalam kitab al-Dur al-Nafis disebutkan sebuah hadis yang bermaksud: “Mula pertama Allah jadikan ialah Nur Nabimu, hai Jabir, maka Allah jadikan Nur itu segala sesuatu dan engkau adalah daripada sesuatu itu (halaman 22).”

Hadis ini adalah hadis mauduk ( rekaan dan palsu) seperti disebut dalam Kitab al-Mawahib dalam Kasyaf al-Khifa Wa Mazil al-Albas, hal. 266).

Faktor Kedua: Ajaran Batiniah

Ajaran ini juga dikenali dengan Tasawuf Batiniah iaitu kebatinan. Pada umumnya ajaran ini dibawa melalui buku Kasyaf Al-Asrar terjemahan dan susunan oleh Syeikh Mohammad Salleh bin Abdullah Al-mangkabau yang ditulis pada tahun (1344H/1922M) (tahun 1390 telah ulang cetak ke-22 di Singapura) dan kemudiannya disalurkan melalui buku Hidayah Al-Anwar oleh Syed Ghazali Jamalullail, Pulau Pinang pada tahun 1355H/1933M) dan mengembangkan Ajaran Taslim dari bapanya Hj. Mohd. Matahari, kemudian Hj. Ahmad laksamana bin Omar Kelantan pada tahun 1985, menulis buku Hakikat Insan (1985M) dan Ilmu Tajalli (belum terbit) dan mengembangkannya ke seluruh Malaysia.

Unsur-unsur atau faktor ajaran Batiniah ini ialah berasal daripada Syiah Ismailiyah Batiniah iaitu satu gerakan yang pada mulanya dipropagandakan oleh Abdullah bin Maimon (W 165H/780M). Beliau ialah seorang bekas penganut agama Madaism (Al-Mazdakiyah) berbangsa Yahudi dari Al-Hawas, bapanya Maimon b. Dalsan al-Khaddah ialah hamba kepada Jaafar al-Sadiq iaitu salah seorang imam 12 Syiah.

Al-Khaddahlah yang mendakwa Ismail bin Jaafar al-Sidiq yang telah meninggal dunia tahun 158H dianggap sebagai ghaib dan beliau adalah Imam Mahdi Abdullah bin Maimon juga terpengaruh dengan teori angka simbolik seperti angka 7, 12 yang diambil dari 7 huruf Bismillah dan 12 huruf Lailahaillahallah kemudiannya berjumlah 19. Teori ini akhirnya diambil oleh Ismailiyah Kisaniyah dan Qaromitah.

Di kalangan pengamal ilmu hakikat seperti Taslim wujud satu amalan nikah batin, yang pda asalnya lahir dari konsep batin yang disebar oleh kumpulan Syiah Batiniah.

Nikah batin adalah satu amalan misteri bagi golongan Taslim.ereka merahsiakan amalan ini dari sesiapa. Menurut Hj. Abdullah Fahim b. Abdul Rahman, nikah batin di Malaysia ia bukan sahaja diamalkan oleh kumpulan Taslim bahkan oleh individu lain.

Menurutnya pada tahun 1986 seorang gadis berumur 19 tahun dari Kuala Lumpur membuat laporan ke Pusat Islam yang menyatakan kakaknya telah dinikah batin oleh guru yang mengubat mereka secara batin. Kakak yang tua telah melahirkan 4 orang anak dan yang muda telah dua kali menggugurkan kandungannya.

Guru itu dan kakaknya telah dibicarakan di Mahkamah Syariah Gombak Timor, Selangor atas tuduhan berzina sehingga melahirkan anak. Mereka mengaku salah dan guru tersebut tidak sebut langsung hal ‘nikah batin’, ini berlaku pada 28 Mac 1986. (Lihat catitan kaki hal. 106: Abdullah Fahim b. Hj. Abd. Rahman:

Satu Analisis Perbandingan Antara Doktrin-doktrin Dalam Ajaran Taslim, Ajaran Ahmad Laksamana dan Tarekat Naqsyabandiah Kadirun Yahya, Tesis, Fakulti Pengajian Islam UKM, 1991).

Ajaran Batiniah ialah ajaran Tasawuf yang mengandungi 3 unsur iaitu: fahaman Hulul iaitu penyerapan Tuhan dengan hamba dan Wahdatul Wujud dan semacam dengannya, faham Syariah Ismailiyah dan Batiniah dan yang semacam dengannya dan ilmu Kebatinan hasil sankratisma antara kepercayaan primitif, agama Hindu, Buddha, Tasawuf Wahdatul wujud dan ajaran Syiah terutamanya yang terdapat di negara jiran.

Antara ajaran sesat yang mengandungi unsur Batiniah ialah ajaran Taslim, ajaran Tajalli Ahmad Laksamana Kelantan. Ada doktrin wujudiah, batin, takwil, gnosis, emanasi dan kebatinan Jawa (A. Fahim Ibid. H. 193).

Faktor Ketiga: Ajaran Syiah

Yang dimaksudkan dengan ajaran Syiah di sini ialah Syiah Nusairiyah dan Nizariyyah serta Musta’liyah dan Druz . Syiah Ismailiyah berjaya menegakkan kerajaan Fatimi di Mesir tahun 358 Hijrah.

Dalam tahun 487 Imam Kerajaan Fatimi bergelar al-Mustansirbillah meninggal dunia, lalu puak Ismailiyah berpecah dua, satu mengikut Nizar bergelar Nizariyah dan satu lagi mengikut adiknya al-Musta’li lalu digelar at-Musta’liyah.

Ada lagi pecahan lain iaitu Druz dan Nasiriyah yang ada di Lubnan, Syria dan Palestin. Selain itu Syiah Dua Belas yang berakidah dengan dengan Imamah, Wasi, Ismah, Hulul Zahir – Batin. Ia mengandungi 4 konsep utama iaitu:

1: Ada zahir dan batin
2: Ada tanzil dan takwil
3: Ada takiyyah
4: Ada wasi

Di sepanjang sejarah Gerakan Syiah meninggalkan imej buruk yang penuh dengan ugutan, ancaman, pergaduhan dan kekerasan. Sikap kekerasan ini adalah warisan daripada saki baki gerakan syiah Ismailiyah yang berpusat di Aalamut yang diketuai oleh Al-Hasan al-Sabah di abad ke enam Hijrah, yang kadangkala menggunakan Hasyisy (ganja) atau seumpamanya.

Faktor Keempat: Amalan Khurafat

Berpunca dari tiga unsur Sin Kritisma, Hindu-Buddha dan Animisma dan Dinisma. Ia dijelmakan dalam amalan-amalan perbomohan dan kesaktian.

Faktor Kelima: Usaha Menjauhkan Umat Islam Dari Al-Quraan Dan As-Sunnah

Ada pihak tertentu berusaha menyeleweng umat Islam agar tidak mengamalkan ajaran al-Quran dan As-Sunnah atau salah satu darinya. Mereka terdiri dari golongan munafikin dan zindik dengan usaha tertentu antaranya:

1: Pentafsiran batin oleh golongan kebatinan dan menyatakan al-Quran ada makna zahir dan makna batin dan mendakwa yang wajib diamalkan ialah yang batin sahaja.

2: Pentafsiran dengan angka.

3: Pentafsiran palsu ke atas surah Al-Muddathir ayat 30 dan 31 oleh Rashad Khalifa.

4: Penetapan tarikh berlakunya kiamat.

002: CIRI-CIRI AJARAN SESAT

Ciri-ciri yang didapati dalam ajaran-ajaran sesat di Malahsia adalah seperti berikut:-

1: Mengaku diri atau gurunya sebagai Nabi atau wakilnya dan mendakwa menerima wahyu.

2: Mengaku diri atau gurunya sebagai Imam Al-Mahdi atau mempercayai bahawa orang-orang tertentu tidak mati dan akan muncul sebagai manusia yang istimewa seperti Imam Al-Mahdi dan sebagainya (Qadyani, Bahai, 4 Sahabat, Nasir, Mufarridiah).

3: Mempercayai bahawa roh orang yang mati menjelma semula ke dalam jasad orang yang masih hidup.

4: Mendakwa pengikut-pengikut ajaran/tarikatnya sahaja yang dijamin masuk syurga.

5: Mendakwa gurunya memegang kunci pintu syurga.

6: Mempercayai bahaw agurunya boleh menebus dosa dengan wang.

7: Mendakwa bahawa semua agama adalah sama.

8: Mempercayai bahawa orang yang telah mati boleh memberi pertolongan apabila diseru namanya.

9: Memohon kepada benda-benda tertentu seperti batu, cicin dan sebagainya untuk sampai kepada Tuhan.

10: Melakukan penyerahan rohani dan jasmani kepada guru melalui nikah batin dengan tujuan untuk mendapat anak yang soleh @ anak hakikat.

11: Mengaku Allah menjelma di dalam diri.

12: Mendakwa atau mengaku dirinya sebagai wakil Nabi yang boleh memberi syafaat kepada muridnya.

13: Mendakwa ajaran atau tarikatnya yang diamal sekarang diambil terus dari Rasulullah s.a.w. secara jaga (Yaqazah).

14: Mengaku dan mempercayai bahawa seseorang itu boleh berhubung dengan Allah melalui Nur Muhammad yang berada di dalam dirinya dan dengan demikian di dakwa pasti masuk syurga.

15: Memansuhkan syariat-syariat Islam seperti sembahyang, puasa, haji dan membuat syariat baru @ menganggapkan bila sampai kepada hakikat maka tidak perlu lagi syariat.

16: Meninggalkan sembahyang Jumaat kerana mengamalkan suluk.

17: Mendakwa bahawa Ibadat Haji tidak semestinya ditunaikan di Mekah, tetapi boleh ditunaikan di tempat-tempat yang lain.

18: Mengubah dengan sengaja ayat Al-Quran dan maskudnya.

19: Mengaku dan mempercayai bhawa azimat (tangkal) boleh memberi kesan.

20: Mendakwa bahawa setiap yang zahir ada batinnya dan setiap ayat yang diturunkan ada takwilnya seperti puasa, zakat, haji, nikah dan sebagainya ada batinnya. Mereka mendakwa orang yang mengamalkan syariah hanya kulit dan dant idak sampai kepada matlamat sebenar.

003: ANCAMAN KEPADA UMMAH DAN NEGARA

Penyebar ajaran menyeleweng telah banyak mendatangkan keburukan kepada umat dan negara. Antaranya melalui:

1: Mencela Ulama dan Fuqaha

Kebanyakan penganjur ataupun ajaran sesat didapati mendakwa diri mereka masing-masing atau dianggap oleh murid-murid atau pengikutnya sebagai manusia yang mengethaui segala isi iaitu ilmu hakikat dan mereka telah sampai maqam tinggi lalu menolak syariat, pada umumnya mereka mempunyai motif untuk mencela ulama dan fuqaha.

Dalam masa yang sama meletakkan taraf ulama kepada dua iaitu ulama zahir dan batin. Ulama zahir ialah ulama yang hanya mengetahui perkara-perkara zahir seperti ulama yang ada hari ini, sedangkan bagi diri mereka diletakkan taraf yang lebih tinggi dan kedudukannya lebih mulia kerana mengetahui rahsia batin dan ilmu hakikat.

2: Membuat Takwilan Dalam Agama

Guru ajaran sesat berani melakukan takwilan-takwilan terhadap ayat-ayat al-Quran dan Hadith Nabi s.a.w. dengan membuat huraian-huraian tanpa asas syarie.

Mereka terpengaruh dengan ajaran Batiniah dan mengguna doktrin batin dan takwil dalam menghuraikan konsep wujudiah yang dipegangnya. Hal ini boleh dilihat dalam bentuk takwil terhadap kalimah-kalimah atas lafaz-lafaz yang berkaitan dengan ibadah seperti pada angka dan pandangan huruf.

3: Kepentingan Peribadi dan Sex

Ajaran-ajaran sesat kebanyakannya adalah mempunyai motif dan kepentingan peribadi guru-guru ajaran sesat itu.

Ini termasuk kepentingan kepada kedudukan, pangkat kebendaan dan seks bebas umpamanya dengan mengamalkan Nikah Batin: yang dinikah itu namanya maknikam, maharnya ialah air mani, walinya Allah Taala, yang manikamnya Muhamad saksinya Kiraman-Katibin (dalam ajaran Tariqatul Islam).

Nikah Batin ialah nikah yang dijalankan secara rahsia oleh guru atas muridnya. Ia boleh berlaku antara guru dengan murid atau murid dengan murid, tidak terikat dengan hukum syarak. Maksud maknikam ialah perempuan yang dinikah.

4: Ingin Melemahkan Perpaduan dan Menghancurkan Agama Islam Melalui Gerakan Rahsia

Peri adanya golongan atau individu yang dengan sengaja tetapi secara halus, ingin merosakkan agama Islam memang wujud, malah sejak zaman Rasulullah dan para sahabat lagi. Tetapi mereka telah mengalami kegagalan kerana Islam telah dapat dikawal dengan ketatnya pada masa itu.

Tetapi perisai kawalan ini telah dapat ditembusi oleh seteru-teru Islam itu di zaman Khalifah Umaiyyah dan di zaman-zaman selepasnya. Mereka melakukan penyelewengan dalam berbagai-bagai segi sama ada di segi akidah atau syariah.

Di dalam keadaan tertentu mereka menafikan kebenaran sumber-sumber Islam itu sendiri dan dalam keadaan lain pula mereka menyelewengkan hukum dan syariat Islam. Hal ini dapat dilihat juga di negara ini melalui:

a: Ajaran Crypto Mokhtar Hassan di hukum di Mahkamah Syariah (Kuang Selangor, 1978) ajaran ini menafikan Al-Quran, membatalkan ibadat sembahyang dan lain-lain. Ajaran ini tidak ada sambutan.

b: Ajaran Taslim (difatwa oleh Jawatankuasa Kedah 1969) ajaran ini kadang-kadang mengurangkan pengerjaan ibadat sembahyang dan puasa.

c: Ajaran Tajalli @ Hakikat Insan Ahmad Laksamana, Kelantan (dihukum di Kelantan tahun 1986). Ajaran ini memperkecilkan ulama syariat. Ia telah merebak ke serata negeri.

d: Ajaran Mohd. Nasir Ismail Kemboja (Batu Pahat 1980) yang menafikan fardhu Jumaat serta menyalahkan orang lain, akhirnya telah menyerang Balai Polis Batu Pahat.

e: Kumpulan Anti Hadis (Jawatankuasa Fatwa Wilayah Persekutuan mengharamkannya Januari 1986, Jawatankuasa Fatwa Selangor mengharamkan November 1995).

f: Untuk memecahbelahkan perpaduan dan persaudaraan umat Islam.

Syiah yang tumbuh tahun 36H, dan sekarang Syiah di Iran, Lubnan, Pakistan dan lain-lain telah menimbulkan banyak masalah kepada dunia Islam. Di Malaysia kes Abu talib Haron @ Ahmad Habibullah Ahmad As-Salafi 34 tahun yang berkahwin dengan 10 orang (6 bermutaah) dituduh dengan 16 tuduhan berasingan (mulai dibicara bulan Julai 1994), di Johor Bahru telah menguji kewibawaan pihak berkuasa agama akhirnya beliau telah dijatuhkan hukuman penjara selama dua (2) tahun mulai Julai tahun 1995.

g: Untuk Menguji Sejauhmana Kefahaman Dan Ketaatan Umat Islam Terhadap Agamanya

Apabila mereka berjaya dengan motif tersebut, maka senanglah agama dan umat Islam dihancurkan dan diganti dengan ideologi dan sistem asing.

004: MANGSA AJARAN SESAT

Golongan yang mudah terpengaruh menjadi mangsa ajaran sesat ialah terdiri daripada:

1: mereka yang jahil dan kosong jiwa kerana tidak mempunyai pengetahuan agama yang cukup. Dan mendapat dorongn kawan-kawan supaya berguru atau belajar melalui orang-orang tertentu yang mengajar secara rahsia dan sulit;

2: mereka yang ghairah mencari ketenangan jiwa dan kesempurnan beragama terutama melalui unsur kerohanian dengan cara jalan dekat tanpa ikut sunnah; dan

3: golongan yang salah atau menyeleweng dalam hal yang berhubung dengan usul; hal ini terjadi kerana mereka kurang kemantapan dalam usul syariyyah dan tunjangan serta pengetahuan mereka yang lemah dalam hal Shaddik dan ikhlas. Mereka mendakwa diri hampir dengan Allah dan berada di makam tertinggi.

Dalam keadaan ini terdapat orang yang suka mengeksploitasikan kejahilan dan kedahagaan masyarakat kepada kesempurnaan kerohanian dan lalu digunakan untuk kepentingan tertentu, seperti untuk mendapat kekayaan, pangkat, kuasa dan sex bebas.

Di samping itu terdapat golongan yang berpegang kepada konsep kebebasan intelektualisme. Golongan ini mengagungkan rasionalisme dan pendekatan apa yang dikatakan secara sainstifik dan emparical dalam soal agama. Golongan ini membawa fahaman modenisasi dalam Islam yang bertentangan dengan akidah dan fahaman yang diiktiraf dan diterima oleh masyarakat di negara ini.

Mereka ini dengan fikiran-fikiran baru itu menggugat akidah orang yang kurang kukuh pegangannya. Dengan akhirnya menimbulkan ajaran-ajaran sesat yang membawa perpecahan dalam masyarakat.

005: IMPLIKASI TERHADAP KEMURNIAN AKIDAH DAN KESELAMATAN

Kumpulan ajaran sesat didapati sentiasa muncul dan merebak daripada satu negeri ke satu negeri yang lain atau ke seluruh negara, jika tindakan membenterasnya tidak diberikan tumpuan yang bersungguh-sungguh.

Tindakan yang diambil oleh pihak berkuasa negeri terhadap kumpulan-kumpulan ajaran sesat tertentu tidak memberi kesan yang positif kerana ia akan berpindah ke negeri-negeri lain.

Ini memerlukan tindakan bersepadu oleh semua pihak di bawah penyelarasan sebuah agensi pusat. Perancangan membanteras ajaran sesat memerlukan proses yang seragam bagi menunjukkan tindakannya berkesan dan hasilnya dapat dijangka dengan lebih tepat. Dengan demikian, JAKIM perlu diberi tugas menyelaraskan program tindakan ini.

Sudah nyata pada pandangan umum, bahawa ajaran-ajaran sesat ini telah membawa dan boleh membawa kepada beberapa akibat dan ancaman kepada agama dan keamanan. Antara akibat-akibat ancaman itu ialah;

a: Meluasnya kesesatan di segi akidah dan penyelewngan di segi ibadat orang-orang Islam. Ini dapat digambarkan melalui ajaran-ajaran sesat yang disebutkan di atas.

b: Meluasnya perpecahan dalam masyarakat Islam.
Tiap-tiap ajaran sesat mempunyai ‘Ketua Guru’ dan pengikutnya sendiri. Antara mereka mempunyai perhubungan yang rapat seolah-olah hubungan antara ‘saudara dengan saudaranya yang lain’.

Melalui ajaran yang dianuti, mereka memupuk persefahaman hidup dan jika dapat, cuba mewujudkan kumpulan atau masyarakat mereka sendiri. Dari sinilah wujudnya apa yang boleh dipanggil:

1: Masyarakat Orang Qadiani’ di Kg. Nakhoda, Selangor.
2: Masyarakat Orang Taslim’ di Yan, Kedah.
3: Masyarakat Ikhwan’ @ ‘Al-Mas’ di W. Persekutuan, Selangor dan Melaka.

Sebagaimana yang telah diketahui, ahli-ahli kumpulan masyarakat di atas antaranya tidak boleh berkahwin dengan orang yang bukan dari ahli masyarakat mereka, atas arahan dan hukum dari ajaran itu sendiri. Ini menimbulkan akibat yang buruk, bukan sahaja dari segi agama malah dari segi sosial.

c: Timbulnya berbagai-bagai keganasan di dalam masyarakat.

Keganasan yang timbul bukan sahaja sekadar mencedera dan membunuh orang lain, malah boleh membunuh diri mereka sendiri. Hal ini boleh ditunjukkan dari beberapa kejadian berikut:-

1: Pembunuhan dan tembak menembak antara polis dengan Kumpulan Ajaran Empat Sahabat, Kg. Dedap Rantau Panjang, Kelantan pada 19 Oktober 1974. Dalam kejadian ini, seorang dari kumpulan 22 orang itu telah mati tertembak dan yang lain-lain cedera parah atau cedera. Dalam pertempuran dengan anggota polis dan Rela itu mereka telah cuba bertahan dan tidak mahu menyerah sehinggalah mereka tidak berdaya lagi dan terus ditangkap. Mereka kemudiannya didakwa dan dihukum salah oleh Mahkamah Kadi Besar Kelantan pada tahun 1974 atas kesalahan mengajar ajaran salah.

2: Serangan dengan parang oleh seorang awam ke atas seorang pengikut Tarikat Naqsyabandiah Kadirun Yahya di Bukit Marak, Kelantan pada tahun 1976. Pengikut tersebut telah luka di bahu dan dimasukkan ke Hospital Besar Kota Bharu. Ini berlaku akibat dakwaan pengikut tarikat tersebut bahawa orang yang tidak memasuki tarikatnya adalah tidak betul, tidak selamat dan tidak terjamin masuk syurga.

3: Serangan Tajul Ariffin yang mendakwa dirinya Imam Mahdi, ke atas Tuan Hj. Damanhuri b. Hj. Abd. Wahab, di masjid Rapat Setia, Ipoh, Perak pada 5 Julai 1979. Ini berikutan keengganan orang lain mengiktiraf dirinya sebagai Imam Mahdi. Haji Damanhuri telah luka. Walau bagaimanapun, pemeriksaan doktor menunjukkan bahawa Tajul Ariffin adalah kurang siuman dan pernah dimasukkan ke Hospital Tanjung Rambutan untuk rawatan sakit otak.

4: Serangan pengikut-pengikut Haji Kamaruddin bin Ahmad Kajang, ke atas kuil-kuil Hindu di Selangor dan Wilayah Persekutuan dan akhirnya Kuil Hindu di Kerling, Selangor pada 19 Ogos 1979. Akibat dari serangan ini empat (4) orang dari mereka telah dicederakan hingga mati oleh penjaga-penjaga kuil tersebut.

5: Serangan kumpulan Mohd. Nasir bin Ismail (seramai 15) orang ke atas Balai Polis Batu Pahat pada pagi 16 Oktober 1980 dan mencederakan berbelas orang polis dan kakitangan Balai tersebut. Akibatnya 8 orang dari kumpulan ini, termasuk Nasir sendiri telah mati ditembak oleh Polis.

4: Berlakunya keretakan dalam keluarga.

Apabila terdapat seorang dari anggota keluarga itu, khususnya si suami yang memasuki satu-satu ajaran sesat, maka berlakulah keretakan dalam keluarganya, terutama apabila isteri tidak menyertai sama suaminya atau tidak menyokongnya. Hal ini berlaku apabila:

1: Si suami selalu menghabiskan masa siang dan malam bersama-sama guru dan pengikut yang lain dan apabila pulang ke rumah amalan-amalan di dalam ajaran tesebut diteruskan lagi dan kadang-kadang jelas pada pandangan isteri amalan dan iktikadnya sudah menyeleweng begitu juga sebaliknya.

2: Banyak harta benda dan wang dicurah dan digunakan untuk kepentingan ajaran, guru dan pengikutnya. Hal ini berlaku kepada pengikut kumpulan al-Arqam dan lain-lain. Hal yang sama berlaku pada pengikut-pengikut beberapa ajaran sesat.

3: Si suami tidak lagi mahu mencampuri sahabat handai biasa yang bukan menjadi ahli ajaran yang diikutinya. Ini menyulitkan kehidupan biasa keluarga tersebut.

Dan terdapat berbagai-bagai akibat dan bencana lain lagi hasil wujudnya ajaran-ajaran sesat ini.



006. AJARAN-AJARAN SESAT YANG TELAH DIWARTAKAN

1. Nasrul Haq
2. Budi Suci
3. Al-Watan
4. Budi Suci Sejati
5. Jawa Faradin
6. Silat Sunda Pukulan Ghaib
7. Tusuk Hikmat
8. Ilmu Kebatinan
9. Potong Maya
10. Naluri
11. Kaula
12. Haqqullah Syahadah
13. Rampai
14. Wali Suci
15. Kalimat Sakti
16. Silat Pukulan Jarak Jauh
17. Ilmu Tenaga Dalam Hikmat
18. Zikir Sha`ban Islam Haq
19. Asal Wujud Garis Laksmana
20. Al-Ma`zat
21. “Trancendentel Meditation”- Maharisi Mahish Yugi
22. Ilmu Kebatinan
23. Abdul Manan bin Harun- Tolak Hadis
24. Ilmu Mentauhidkan Allah oleh Nasrun S.T.Qahar
25. Kumpulan Ikhwan/al-Mas
26. Kuasa Ghaib ( Tahan Diri)
27. Mohd Nordin Putih
28. Nasrun S.T.Qahar
29. Roslan Katimun atau Ajaran Wali Sembilan
30. Tariqat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya
31. Wali Sembilan
32. Khatijah binti Ali @ Puan Tijah
33. Syed Mutalib bin Syed Mohd Nordin
34. Ajaran Mohd Seman Al-Banjari
35. Al-Arqam
36. Golongan Anti Hadis
37. Ajaran yang disampaikan oleh Juruzon bin Abdul Latif atau dikenali juga
sebagai (Hj) Ahmad al-Walidie (Pak Su)
38. Syiah
39. Ajaran Hj. Ghazali Othman Hulu Kelang
40. Ajaran Hj.Kadar Ahmad
41. Ajaran Ilmu Tajalli Ahmad Laksamana
42. Ajaran ilmu Hakikat@ Jahar Dumin Hulu Langat
43. Tarikat Mufaridiah
44. Ajaran Hassan Anak Rimau
45. Tarikat Aurad Ismailiah
46. Ajaran Martabat Tujuh
47. Tarikat Samaniah Ibrahim Bonjol
48. Ajaran Sulaiman ( Bahtera Nabi Noh)
49. Ajaran Ilmu Hakikat Hassan bin Jonit
50. Ajaran Ahmadiah/ Qadiani
51. Ajaran Mohd Nor Seman
52. Ajaran Ayah Pin
53. Ajaran Bahai
54. Al-Ma`unah
55 Ajaran Azhar Wahab
56. Ajaran Hj.Banuar



007: PENUTUP

Mudah-mudahan dengan penjelasan mengenai ajaran sesat ini boleh memberi garis panduan dalam usaha pembanterasan ajaran sesat di negeri-negeri.

Disediakan oleh:

Bahagian Penyelidikan
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia.
Kuala Lumpur
Mei 2000




Petikan : http://www.islam.gov.my